For Me, Hope is a Dream that Never Sleeps. I’ll Keep Smiling to Ease My Heart.


Sunday, October 23, 2011

"Ayahku (Bukan) Pembohong"

"Kapan terakhir kali kita memeluk ayah kita? Menatap wajahnya, lantas bilang kita sungguh sayang padanya? Kapan terakhir kali kita bercakap ringan, tertawa gelak, bercengkerama, lantas menyentuh lembut tangannya, bilang kita sungguh bangga padanya?" Inilah sepenggal sinopsis dari buku Ayahku (Bukan) Pembohong karya Tere Liye. Buku ini termasuk buku baru karena baru dicetak pertama kali pada April 2011 oleh Gramedia.  Hmm...2 kali berturut-turut baca karya ibu yang satu ini, kereeennn dan penuh makna.



Buku setebal 304 halaman dengan sampul bergambar biru langit dengan layangan raksasa terbang, apel emas dan gambar piala kejuaraan olahraga. Awalnya tidak tahu apa artinya gambar itu, sepertinya kurang menarik dan  kuabaikan begitu saja. Awal baca juga kurang tertarik, tapi sepertinya promosi dari teman yang sudah terlebih dulu membaca berhasil mempengaruhiku untuk membacanya sampai akhir meskipun harus selesai dalam waktu sekitar 2 minggu karena hanya dibaca saat senggang. Alur ceritanya mirip dengan karya sebelumnya "Rembulan Tenggelam di Wajahmu" yang baru selesai aku baca, maju-mundur dan begitu seterusnya setiap bab. Awalnya agak bingung, tapi kalau sudah tune in bisa mengikuti alur ceritanya juga. 

Dalam buku ini dikisahkan bagaimana seorang anak yang bernama Dam dibesarkan dalam kesederhaan dan kebersahajaan keluarganya dengan cerita atau dongeng-dongeng penuh makna. Ayahnya yang seorang pegawai negeri biasa, memilih hidup yang sederhana, penuh kejujuran, suka menolong meskipun dia adalah seorang master lulusan luar negeri. Sampai - sampai seluruh kota mengenalnya sebagai orang jujur dan tidak pernah berbohong. Ibunya dulu seorang mantan bintang televisi terkenal, yang memutuskan untuk menikah dengan seorang biasa,  pegawai negeri yang sangat sederhana. Kehidupan keluarga mereka sangat sederhana, jauh dari kemewahan. 

Ayah Dam sangat suka bercerita kepada anak semata wayangnya. Cerita-cerita yang sangat menarik dan selalu penuh makna, mananamkan nilai - nilai kehidupan meski menurutku memang sedikit kurang masuk akal.  Di sisi lain, Dam juga sangat suka mendengarkan cerita-cerita dari ayahnya. Dari cerita Sang Kapten, Lembah  Bukhara, Suku Penguasa Angin dan Si Raja Tidur. Baru aku tahu, ternyata gambar sampul didepan adalah mewakili cerita-cerita ini.  

Nilai-nilai semangat dan perjuangan tak kenal lelah dan menyerah dapat diambil dari cerita Sang Kapten. Kecintaan terhadap kelestarian alam dan lingkungan dapat diambil dari cerita Lembah Bukhara. Kesombongan dan keserakahan itu akan musnah dalam sekejap oleh kesabaran dan dan keteguhan hati yang panjang, ini dapat dimaknai dari Suku Penguasa Angin. Sedangkan dari Si Raja Tidur, bisa diambil pelajaran tentang pengorbanan & keteguhan hati seorang hakim dalam menegakkan hukum dan nilai-nilai keadilan apapun rintangannya. Nilai - nilai cerita tersebut sedikit banyak telah tertanam, membentuk karakter dan mempengaruhi pemikiran dan kehidupan seorang Dam. Meskipun dia sempat tidak percaya pada cerita-cerita tersebut dan membenci ayahnya atas "kebohongannya" selama ini.

Ke-tidakpercayaan-nya pada cerita-cerita sang ayah muncul sejak dia menemukan buku cerita tentang Lembah Bukhara dan Suku Penguasa Angin di perpustakaan Akademi Gajah. Tapi dia tetap tidak peduli, meskipun cerita-cerita ayahnya bohong tapi cerita tersebut baik untuk mendidiknya selama ini. "Cerita-cerita ayah adalah cara ia mendidikku agar tumbuh menjadi anak yang baik, memiliki pemahaman hidup yang berbeda. Cerita ayah adalah hadiah, hiburan dan permainan terbaik yang bisa diberikan ayah, karena hidup kami sederhana, apa adanya". Sejak kepergian ibunya, Dam sangat kecewa dan begitu membenci ayahnya, karena sang ayah percaya pada apa kata Si Raja Tidur (yang entah nyata atau tidak bagi Dam) tentang penyakit ibunya sehingga membiarkan ibunya pergi begitu saja.

Pada dasarnya Dam adalah anak yang baik, bersahaja, cerdas, sederhana, tidak jauh dari karakter ayahnya. Perjuangan meraih keberhasilan dalam hidupnya adalah buah dari cerita-cerita sang ayah, dia tak memungkirinya. Tapi dia tidak ingin anak-anaknya (anak Dam & Taani) dibesarkan dengan cerita-cerita "bohong" ayahnya. Sebenarnya Dam hanya ingin ayahnya minta maaf padanya dan mengakui bahwa selama ini cerita-cerita itu bohong. Tapi ayahnya berkeras bahwa dia tidak bohong, itu semua nyata dan benar-benar dialaminya.

Di akhir hidupnya, sang ayah mengisahkan untuk terakhir kalinya tentang Danau Para Sufi yang mengajarkan bahwa kebahagiaan itu bersumber dari hati kita sendiri, bukan dari orang lain dan dari luar. "Hadiah mendadak, kabar baik, keberuntungan, harta benda yang datang, pangkat, jabatan, semua itu tidak hakiki. Saat semua itu hilang, dengan cepat hilang pula kebahagiaan. Rasa sedih, kehilangan, kabar buruk, nasib buruk, itu semua datang dari luar. Saat semua itu datang dan hatimu dangkal, hatimu seketika keruh berkepanjangan."

Sampai akhirnya saat-saat yang mengharukan ( sampai membuatku menangis T_T ), saat ayahnya sudah meninggal dan Dam baru menyadari bahwa ternyata ayahnya memang BUKAN pembohong. Penyesalan yang sudah sangat terlambatt..... Jadi jangan sampai terlambat berbuat baik, meminta maaf dan memberi maaf pada kedua orang tua kita dan siapapun itu selama masih ada kesempatan. Orang tua pasti akan memberikan yang terbaik bagi anaknya, selalu berusaha menanamkan nilai-nilai baik untuk anaknya, selalu memaafkan dan memahami anaknya, menerima anaknya apa adanya, selalu mencintai dan menyayanginya, selalu berdoa dan berharap kehidupan anaknya penuh makna & selalu bermanfaat. 

Quotes dan penggalan cerita yang bermakna untukku di buku ini :

1. Ilmu pengetahuan adalah proses kontemplasi panjang, saat kepala kalian digunakan untuk merenung, berpikir terus-menerus, bukan sekedar hiasan atau lelucon.

2. Pemahaman hidup yang sederhana, kerja keras, selalu pandai bersyukur dan saling membantu adalah kunci untuk kehidupan yang lebih baik.

3. Tidak perlu sebutir peluru, juga tidak perlu meneteskan darah untuk memenangkan perang, yang dibutuhkan hanya kesabaran dan keteguhan hati yang panjang.

4.Tentang pengorbanan dan keteguhan hati : ketika kau tetap mendayung sampan sendirian di tengah sungai yang dipenuhi beban kesedihan, tangis dan darah tercecer dimana-mana, ketika kau terus maju mendayung bukan karena tidak bisa kembali, tapi karena meyakini itu akan membawa janji masa depan yang lebih baik untuk generasi berikutnya apa pun harganya.

5. Kekuasaan itu cenderung jahat dan kekuasaan yang terlalu lama cenderung lebih jahat lagi.

6. Semua orang cenderung pembantah, bahkan untuk sebuah kritikan yang positif, apalagi sebuah tuduhan serius berimplikasi hukum, lebih keras lagi bantahannya.

7. Bangsa yang korup bukan karena pendidikan formal anak-anaknya rendah, tetapi karena pendidikan moralnya tertinggal dan tidak ada yang lebih merusak dibandingkan anak pintar yang tumbuh jahat.

8. Orang-orang dewasa yang jahat sulit diperbaiki meski dihukum seratus tahun, jadi berharaplah dari generasi berikutnya perbaikan akan datang.

9. Istri, anak-anak dan anggota keluarga lainnya bisa menjadi penyebab sebuah kejahatan dan sebaliknya juga bisa jadi motivasi besar kebaikan.

10. Hakikat sejati kebahagiaan hidup berasal dari hati kita sendiri. Kita tidak akan pernah merasakan kebahagiaan sejati dari kebahagiaan yang datang dari luar hati kita. Maka milikilah hati yang lapang, dalam dan bersih.

11. Memperoleh hati dengan sumber mata air sendiri sebening air mata tidaklah mudah, harus terbiasa dengan kehidupan bersahaja, sederhana dan apa adanya, harus bekerja keras, sungguh-sungguh dan atas pilihan sendiri memaksa hatimu berlatih.

12. Kalau kau punya hati yang lapang, hati yang dalam, mata air kebahagiaan itu akan mengucur deras. Tidak ada kesedihan yang bisa merusaknya, termasuk kesedihan karena cemburu, iri atau dengki dengan kebahagiaan orang lain. Sebaliknya kebahagiaan atas gelar hebat, pangkat tinggi, kekuasaan, harta benda, itu semua tidak akan menambah sedikitpun beningnya kebahagiaan yang kau miliki.  
    
What's the next ????


    

             

2 comments:

  1. Mba' septi, pinjem dong neng bukunya...hehehe ini punya sendiri kan?? gak pinjem dari org lain. hahaha

    ReplyDelete
  2. oh ya jelas dong.....jelass pinjemmm he2....nanti tak pinjamkan ke teman kos ku, nggak pa2 kok wong ya lg tdk dibaca, kl ada yg baca kan lbh bermanfaat.....kan ada aku sbg jaminannya xixi....bagus lho bukunya, nanti bs jadi sumber dongeng buat dek Bram....kapan kamu ke Serpong??

    ReplyDelete